Senin, 21 Oktober 2013

askep oksigenasi


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN

  1. Kebutuhan Oksigen
    Kapasitas ( daya muat ) udara dalam paru-paru adalah 4500 sampai 5000 ml. Udara yang diproses dalam paru-paru hanya sekitar 10 % ( 500 ml ), yakni yang dihirup ( inspirasi ) dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada pernafasan biasa.
    Kebutuhan oksigen merupakan salah satu kebutuhan dassr pada manusia, yaitu kebutuhan fisiologis. Pemenuhan kebutuhan oksigenitas ditunjukan untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidupnya, dan melakukan aktivitas bagi berbagai organ dan sel.
    B. Konsep Dasar Oksigenasi
    Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen kedalam sisitem ( kimia atau fiiska). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya terbentuklah CO2, energi dan air. Akan tetapi penambahkan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel.
    C. Organ-Organ Pernapasan
    Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia. Pada proses ini terjadi pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara tubuh dan lingkungan.



    1. Hidung
    Hidung merupakan organ pernapasan yang letaknya paling luar. Manusia menghirup udara melalui hidung. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi menyaring udara yang masuk dari debu atau benda lainnya. Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udara sehingga udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu lembap. Udara bebas tidak hanya mengandung oksigen saja, namun juga gas-gas yang lain. Misalnya, karbon dioksida (CO2), belerang (S), dan nitrogen (N2). Gas-gas tersebut ikut terhirup, namun hanya oksigen saja yang dapat berikatan dengan darah. Selain sebagai organ pernapasan, hidung juga merupakan indra pembau yang sangat sensitif. Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat terhindar dari menghirup gas-gas yang beracun atau berbau busuk yang mungkin mengandung bakteri dan bahan penyakit lainnya. Dari rongga hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke tenggorokan.
    2. Tenggorokan (Trakea)
    Tenggorokan merupakan bagian dari organ pernapasan. Tenggorokan berupa suatu pipa yang dimulai dari pangkal tengorokan (laring), batang tenggorokan (trakea), dan cabang batang tenggorokan (bronkus).


Setelah melewati hidung, udara masuk menuju pangkal tenggorokan (laring) melalui faring. Faring terletak di hulu tenggorokan dan merupakan persimpangan antara rongga mulut ke kerongkongan dan rongga hidung ke tenggorokan. Setelah melalui laring, udara selanjutnya menuju ke batang tenggorokan (trakea). Pada batang tenggorokan ini terdapat suatu katup epiglotis. Katup ini bekerja dengan cara membuka jika bernapas atau berbicara dan menutup pada saat menelan makanan. Adanya katup tersebut, udara akan masuk ke paru-paru dan makanan akan menuju lambung. Jika makan sambil berbicara, hal tersebut dapat mengakibatkan makanan masuk ke paru-paru dan tenggorokan. Oleh karenanya, hindarilah makan sambil berbicara. Pada laring, di bawah epiglotis, terdapat pita suara. Ketika udara melewati pita suara, pita suara akan bergetar dan menghasilkan suara. Hal ini terjadi ketika berbicara.

3. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Cabang batang tenggorokan (bronkus) merupakan cabang dari trakea. Bronkus terbagi menjadi dua, yaitu yang menuju paru-paru kanan dan menuju paru-paru kiri. Bronkus bercabang lagi menuju bronkiolus. Masing-masing cabang tersebut berakhir pada gelembung paru-paru atau alveolus. Alveolus merupakan tempat terjadinya difusi oksigen ke dalam darah. Oleh karena itu, dinding alveolus mengandung banyak kapiler darah.

4. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada. Antara rongga dada dan rongga perut terdapat suatu pembatas yang disebut diafragma. Pembatas ini bukan sekedar pembatas, tetapi berperan juga dalam proses pernapasan. Paru-paru terbagi menjadi paru-paru kanan dan paruparu kiri. Paru-paru pada dasarnya merupakan cabang-cabang suatu saluran yang ujungnya bergelembung. Gelembunggelembung tersebut disebut alveoli (tunggal: alveolus). Dalam alveoli inilah sesungguhnya terjadi pertukaran gas-gas. Paru-paru kanan terdiri atas tiga belahan sedangkan paru-paru kiri hanya dua belahan. Paru-paru kanan lebih besar dibandingkan yang kiri. Agar lebih jelas, perhatikan gambar penampang sistem pernapasan manusia berikut ini.


D. Proses Pernapasan
Saat bernapas, menghirup udara melalui hidung. Udara yang dihirup mengandung oksigen dan juga gasgas lain. Dari hidung, udara terus masuk ke tenggorokan, kemudian ke dalam paru-paru. Akhirnya, udara akan mengalir sampai ke alveoli yang merupakan ujung dari saluran. Oksigen yang terkandung dalam alveolus bertukar dengan karbon dioksida yang terkandung dalam darah yang ada di pembuluh darah alveolus melalui proses difusi. Dalam darah, oksigen diikat oleh hemoglobin. Selanjutnya darah yang telah mengandung oksigen mengalir ke seluruh tubuh. Oksigen diperlukan untuk proses respirasi sel-sel tubuh. Gas karbon dioksida yang dihasilkan selama proses respirasi sel tubuh akan ditukar dengan oksigen. Selanjutnya, darah mengangkut karbon dioksida untuk dikembalikan ke alveolus paru-paru dan akan dikeluarkan ke udara melalui hidung saat mengeluarkan napas.

Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas atau inspirasi serta mengeluarkan napas atau ekspirasi. Sewaktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus. Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat dari berkontraksinya kedua jenis otot tersebut adalah mengembangnya rongga dada sehingga tekanan dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Saat kamu mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas. Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru-paru naik sehingga udara keluar. Jadi, hal yang perlu diingat, bahwa udara mengalir dari tempat yang bertekanan besar ke tempat yang bertekanan lebih kecil.

Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri atas tiga tahapan;
1. Vertilisasi
Proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi dipengaruhi oleh:
a. Adanya konsentrasi oksigen di atmosfer.
b. Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
c. Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.
Pusat pernapasan, yaitu medula oblongata dan pons, dipengaruhi oleh proses vertilisasi
2. Refusi, Penyaluran oksigen oleh darah keseluruh kapiler pulmonalis
3. Difusi, Pertukaran antara oksigen dari alveoli ke kapiler paru-paru dan karbon dioksida dari kapiler ke alveoli. Proses ini dipengaruhi oleh:
a. Luasnya permukaan paru-paru.
b. Tebal membran respirasi/ permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi oksigen.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
4. Transportasi, Proses pendistribusian antara oksigen kapiler ke jaringan tubuh dan karbon dioksida jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh:
a. Kardiak output, dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan & aktivasi seperti olahraga, dan lain-lain.

E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen
1. Faktor Fisiologis
gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh terhadap kebutuhan oksigen seseorang. Kondisi ini lambat laun dapat mempengaruhi fungsi pernafasannya.
? Penurunan kapasitas angkut O2, secara fisiologis daya angkut hemoglobin untuk membawa O2 ke jaringan adalah 97 %. Akan tetapi, nilai tersebut dapat berubah sewaktu-waktu apabila terdapat gangguan pada tubuh. Misalnya pada penderita anemia atau pada saat terpapar zat beracun. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan penurunan kapasitas pengikatan O2.
? Penurunan konsentrasi O2 inspirasi. Kondisi ini dapat terjadi akibat penggunaan alat terapi pernafasan dan penurunann kadar O2 lingkungan.
? Hipovolemia, kondisi ini disebabkan oleh penurunan sirkulasi darah akibat kehilangan cairan ekstraseluler yang berlebihan ( misal pada penderita syok atau dehidrasi berat ).
? Peningkatan laju Metabolik, kondisi ini dapat terjadi pada kasus infeksi dan demam yang terus menerus yang mengakibatkan peningkatan laju metabolik. Akibatnya tubuh mulai memecah persediaan protein dan menyebabkan penurunan masa otot.
? Kondisi lainnya, kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti kehamilan, obesitas, abnornalitas musculus sceletal ( misal pectus excavatum dan kifosis ), trauma, penyakit otot, penyakit susunan syaraf, gangguan syaraf pusat dan penyakit kronis.

2. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat, sistem pernafasan dapat menyediakan kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi pada kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi tersebut dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi tersebut antara lain: gangguan pada sisten pernafasan dan kardiovaskuler, penyakit kronis, penyakit obstruksi pernafasan atas, dll.

3. Faktor Perkembangan
Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi sistem pernafasan individu.
? Bayi prematur. Bayi yang lahir prematur beresiko menderita penyakit membran serupa hialin yang ditandai dengan berkembangnya membran serupa hialin yang membatasi ujung saluran pernafasan.
? Bayi dan anak-anak. Beresiko mengalami infeksi saluran napas atas, seperti faringitis, influenza, tinsilitis, dan aspirasi benda asing ( misal makanan, permen, dan lain-lain )
? Anak usia sekolah dan remaja. Beresiko mengalami infeksi saluran napas akut akibat kebiasaan buruk, seperti merokok.
? Dewasa muda dan paruh baya. Kondisi stres, kebiasaan merokok, diet yang tidak sehat, kurang berolahraga, merupakan faktor yang dapat meningkatkan resiko penyakit jantung dan paru pada usia ini.
? Lansia. Proses penuaan yang terjadi pada lansia menyebabkan perubahan pada fungsi normal pernafasan, seperti penurunan elastisitas paru, pelebaran alveolus, dilatasi saluran bronkus, dan kifosis tulang belakang yang menghambat ekspansi paru sehingga berpengaruh pada penurunan kadar O2.
4. Faktor Perilaku
Perilaku keseharian individu dapat berpengaruh terhadap fungsi pernafasannya. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan berolah raga, kondisi emosional, dan penggunaan zat-zat tertentu secara tidak langsung akan berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
? Nutrisi. Kondisi berat badan berlebih (obesitas) dapat menghambat ekspansi paru, sedangkan mal nutrisi berat dapat mengakibatkan pelisutan otot pernafasan yang akan mengurangi kkeuatan kerja pernafasan
? Olah Raga. Latihan fiisk akan meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung, dan kedalaman serta frekuensi pernafasan yang meningkatkan kebutuhan oksigen.
? Ketergantungan zat adiktif. Penggunaan alkohol dan obat-obatan yang berlebihan dapat mengganggu proses oksigenasi. Hal ini terjadi karena:
o Alkohol dan obat-obatan dapat menekan pusat pernafasan dan susunan syaraf pusat sehingga mengakibatkan penurunan laju dan kedalaman pernafasan.
o Penggunaan narkotika dan analgesik, terutama morfin dan meperidin, dapat mendepresi pusat pernafasan sehingga menurunkan laju dan kedalaman pernafasan.
? Emosi. Perasaan takut, cemas, dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang aktivitas syaraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernafasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat
? Gaya hidup. Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan oksigen seseorang. Merokok dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi perifer dan penyakit jantung. Selain itu, nikotin yang terkandung dalam rokok bisa mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.

5. Lingkungan
? Suhu. Faktor suhu ( panas atau dingin) dapat berpengaruh terhadap afinitas atau kekuatan ikatan Hb dan O2. dengan kata lain, suhu lingkungan juga mempengaruhi kebutuhan oksigen seseorang.
? Ketinggian. Pada dataran yang tinggi akan terjadi penurunan pada tekanan udara sehingga tekanan oksigen juga ikut menurun. Akibatnya orang yang tinggal di dataran yang tinggi cenderung mengalami peningkatan frekuensi pernafasan dan denyut jantung. Sebaliknya, pada dataran yang rendah akan mengalami peningkatan tekanan oksigen
? Polusi. Polusi udara seperti asap atau debu sering kali menyebabkan sakit kepala, pusing, batuk, terdesak, dan bernagai gangguan pernafasan lain pada orang yang menghisapnya. Para pekerja di pabrik asbes atau bedak tabur beresiko tinggi menderita penyakit paru akibat terpapar zat berbahaya.



F. Gangguan/ Masalah Kebutuhan Oksigenasi
1. Hipoksia
Merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan kebutuhan oksigen di tingkat sel.
2. Perubahan pola pernapasan
a. Takipnea, Pernapasan dengan frekuensi lebih dari 24 kali per menit.
b. Bradipnea, Pola pernapasan yang lambat abnormal, ? 10 kali per menit.
c. Hiperventilasi, Cara tubuh mengompensasi metabolisme tubuh yang terlampau tinggi dengan pernapasan lebih cepat dan dalam sehingga terjadi peningkatan jumlah oksigen dalam paru-paru.
d. Kussmaul, Pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat pada keadaan asidosis metabolik.
e. Hipoventilasi , Upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup pada ventilasi alveolar.
f. Dispnea, Sesak dan berat saat bernafas.
g. Ortopnea, Kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri.
h. Cheyne stokes, Siklus pernapasan yang amplitudonya mula-mula naik kemudian menurun dan berhenti, lalu dimulai lagi dari siklus baru.
i. Pernapasan paradoksial, Di mana dinding paru-paru bergerak berlawanan arah dari keadaan normal.
j. Biot , Pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes, akan tetapi amplitudonya tidak teratur.
k. Stridor , Pernapasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernapasan.
l. Sianosis, Kebiruan pada kulit karena jumlah haemoglobin dioksigenasi yang berlebihan di dalam pembuluh darah kulit atau kapiler.
3. Obstruksi jalan nafas
Suatu keadaan pada individu dengan pernapasan yang mengalami ancaman, terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif.
Tanda klinis:
• Batuk tidak efektif atau tidak ada
• Tidak mampu mengeluarkan sekret di jalan napas
• Suara napas menunjukkan adanya sumbatan
• Jumlah, irama,dan kedalaman pernapasan tidak normal.
4. Pertukaran gas
Suatu kondisi pada individu yang mengalami penurunan gas, baik oksigen maupun karbondioksida, antara alveoli paru-paru dan sistem vaskuler.
Tanda klinis:
• Dispenia pada usaha napas
• Napas denagn bibir pada fase ekspirasi yang panjang
• Agitasi
• Lelah, letargi.
• Meningkatnya tahanan vascular paru-paru.
• Menurunnya saturasi oksigen dan meningkatnya PaCO2
• Sianosis

G. Terapi Oksigen
Terapi oksigen diberikan pada pasien yang mengalami gangguan ventilasi pada seluruh area paru, pasien dengan pertukaran gas, serta mereka yang mengalami gagal jantung dan membutuhkan terapi oksigen guna mencegah hipoksia. Sejumlah sistem pemberian oksigen tersedia bagi klien diberbagai kondisi. Pilihan tersebut tergantung pada kebutuhan oksigen klien, kenyamanan, dan tingkat perkembangannya. Suplai oksigen sendiir juga diberikan dalam beberapa cara. Di sejumlah rumah sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang, suplia oksigen disalurkan melalui pipa panjang yang tertanam di dinding rumah sakit dan bermuara langsung di samping tempat tidur pasien. Ini memungkinkan pasien mendapatkan terapi oksigen langsung pada saat dibutuhkan. Hal lainnya yang harus diperhatikan saat memberikan terapi oksigen adalah tindakan pengamanan (safety precaution) guna mencegah bahaya kebakaran. Beberapa upaya pengamanan tersebut adalah:
• Hindari menyalakan api disekitar sumber oksigen karena dapat meledak
• Beritahu klien atau pengunjung untuk tidak merokok didikat sumber tersebut
• Lakukan pengecekan perlengkapan listrik, terutama kabel-kabel diruangan tersebut. Pastikan semuanya masih berfungsi dengan baik
• Hindari penggunaan benda-benda dari serat atau tenunan sintesis
• Hindari menggunakan minyak tanah atau bensin di sekitar sumber oksigen

1. Penatalaksanaan Sumber Oksigen
Sumber oksigen di rumah sakit dapat meliputi oksigen dinding dan batang oksigen.
a. Sumber Dinding, penata laksanaan pemberian oksigen melalui sumber dinding meliputi
• Pasangkan flowmeter pada sumber oksigen, gunakan tekanan yang tidak terlalu kuat
• Isi botol dengan kain steril, pasang pada flowmeter, dan atur aliran flowmeter
• Pasangkan alat yang akan digunakan pada selang atau saluran oksigen.
b. Tabung, meliputi :
• Lepas penutup pelindung tabung
• Putar keran tabung secara perlahan sampai oksigen sedikit keluar untuk membersihkan debu dan kotoran yang melekat di saluran keluar oksigen. Lakukan dengan hati-hati sebab tindakan teersebut dapat menimbulkan bunyi yang keras.
• Sambungkan flowmeter dengan outlet silinder, kencangkan dengan kunci inggris atau tang.
• Letakkan tabung pada posisi mantap. Lepaskan katup secara perlahan sampai terbuka penuh, lalu kembalikan atau tutup sampai seperempatnya.
• Atur flowmeter sesuai dengan kebutuhan (intruksi dokter)
• Isi botol pelembab dengan air suling, kemudian pasang pada tempatnya
• Sambungkan saluran oksigen dengan alat yang akan digunakan klien.

2. Pemberian Terapi Oksigen
Metode Pemberian Oksigen dapat dibagi menjadi 2 tehnik, yaitu :
1. Sistem Aliran Rendah
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan, menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal klien. Ditujukan untuk klien yang memerlukan oksigen, namun masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit.
Contoh sistem aliran rendah adalah :
1. Kanula nasal
2. Kateter nasal
3. Sungkup muka sederhana,
4. Sungkup muka dengan kantong rebreathing,
5. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing.


a. Kateter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.
- Keuntungan
Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 45%, tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah tersumbat.
b. Kanul Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal.
- Keuntungan
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat mengiritasi selaput lendir.
Kanul Nasal
c. Sungkup Muka Sederhana
Merupakan alat pemberian oksigen kontinu atau selang seling 5 – 8 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 – 60%.
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah.
d. Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing :
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran 8 – 12 liter/mnt
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir
- Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.
e. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen mencapai 99% dengan aliran 8 – 12 liter/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
- Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir.
- Kerugian
Kantong oksigen bisa terlipat.

masker non rebreathing
2. Sistem Aliran Tinggi
Teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur.
Contoh tehnik sistem aliran tinggi adalah sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai ooksigen sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 liter/mnt dengan konsentrasi 30 – 55%.
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2
- Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.
H. Pernafasan Buatan
Nafas Buatan disebut juga Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Bantuan Hidup Dasar atau CPR (CardioPulmonary Resuscitation), merupakan suatu tindakan kegawatan sederhana tanpa menggunakan alat bertujuan menyelamatkan nyawa seseorang dalam waktu yang sangat singkat (Rahmad, 2009).
Prinsip utama RJP adalah, orang yang tidak bernafas dan atau jantungnya tidak berdetak (Henti Jantung)

1. Orang yang tidak bernafas
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan dari korban/pasien. Henti napas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar. Henti napas dapat terjadi pada keadaan:
• Tenggelam
• Stroke (Mempunyai riwayat hipertensi, trus tiba-tiba jatuh/pingsan)
• Obstruksi jalan napas (Kerusakan daerah tenggorokan)
• Epiglotitis (Peradangan Pita Suara)
• Overdosis obat-obatan
• Tersengat listrik
• Infark miokard (Serangan Jantung)
• Tersambar petir
• Koma akibat berbagai macam kasus (Pingsan tanpa penyebab)
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk kedalam darah untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup dan mencegah henti jantung.

2. Henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi darah. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu (tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung.
Jika Kita Bertemu Dengan Orang Seperti Diatas, Ada dua prinsip penting, yaitu:
• Jangan lupa untuk memanggil bantuan, karna RJP hanyalah tindakan pertolongan partama yang selanjutnya perlu tindakan medis
• Pastikan kondisinya memang sesuai dengan kriteria RJP melalui pemeriksaan primer.

a. Pemeriksaan Primer
Prinsip pemeriksaan primer adalah bantuan napas dan bantuan sirkulasi. Untuk dapat mengingat dengan mudah tindakan survei primer dirumuskan dengan abjad A, B, C, yaitu :
• A airway (jalan napas)
• B breathing (bantuan napas)
• C circulation (bantuan sirkulasi)
Sebelum melakukan tahapan A (airway), harus terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada korban/pasien, yaitu :
1. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong
2. Memastikan kesadaran dari korban/pasien. Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak penolong harus melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban/pasien, dapat dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu korban/pasien dengan lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil namanya atau Pak !!! / Bu!!! / Mas!!! /Mbak !!!.
3. Meminta pertolongan. Jika ternyata korban/pasien tidak memberikan respon terhadap panggilan, segera minta bantuan dengan cara berteriak “Tolong !!!” untuk mengaktifkan sistem pelayanan medis yang lebih lanjut.
4. Memperbaiki posisi korban/pasien. Untuk melakukan tindakan RJP yang efektif, korban/pasien harus dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. jika korban ditemukan dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi terlentang. penolong harus membalikkan korban sebagai satu kesatuan antara kepala, leher dan bahu digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi sudah terlentang, korban harus dipertahankan pada posisi horisontal dengan alas tidur yang keras dan kedua tangan diletakkan di samping tubuh.
5. Mengatur posisi penolong. Segera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan bantuan napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau menggerakkan lutut.

AIRWAY (Jalan Napas)
Setelah selesai melakukan prosedur dasar, kemudian dilanjutkan dengan melakukkan tindakan :
• Pemeriksaan jalan napas
Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross Finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk Pada mulut korban.
• Membuka jalan napas
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan epiglotis akan menutup farink dan larink, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara Tengadah kepala topang dagu (Head tild – chin lift) dan Manuver Pendorongan Mandibula (Rahang Bawah).

BREATHING (Bantuan napas)
Prinsipnya adalah memberikan 2 kali ventilasi sebelum kompresi dan memberikan 2 kali ventilasi per 10 detik pada saat setelah kompresi. Terdiri dari 2 tahap :
1. Memastikan korban/pasien tidak bernapas.
Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada, mendengar bunyi napas dan merasakan hembusan napas korban/pasien. Untuk itu penolong harus mendekatkan telinga di atas mulut dan hidung korban/pasien, sambil tetap mempertahankan jalan napas tetap terbuka. Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi 10 detik.
2. Memberikan bantuan napas.
Jika korban/pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat dilakukkan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5 – 2 detik dan volume udara yang dihembuskan adalah 7000 – 1000 ml (10 ml/kg) atau sampai dada korban/pasien terlihat mengembang. Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16 – 17%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari korban/pasien setelah diberikan bantuan napas.
Cara memberikan bantuan pernapasan :
o Mulut ke mulut
Bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan cara yang tepat dan efektif untuk memberikan udara ke paru-paru korban/pasien. Pada saat dilakukan hembusan napas dari mulut ke mulut, penolong harus mengambil napas dalam terlebih dahulu dan mulut penolong harus dapat menutup seluruhnya mulut korban dengan baik agar tidak terjadi kebocoran saat mengghembuskan napas dan juga penolong harus menutup lubang hidung korban/pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung. Volume udara yang diberikan pada kebanyakkan orang dewasa adalah 700 – 1000 ml (10 ml/kg). Volume udara yang berlebihan dan laju inpirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki lambung, sehingga terjadi distensi lambung.
o Mulut ke hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak memungkinkan, misalnya pada Trismus atau dimana mulut korban mengalami luka yang berat, dan sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus menutup mulut korban/pasien.
o Mulut ke Stoma
Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai lubang (stoma) yang menghubungkan trakhea langsung ke kulit. Bila pasien mengalami kesulitan pernapasan maka harus dilakukan ventilasi dari mulut ke stoma.

CIRCULATION (Bantuan sirkulasi)
Terdiri dari 2 tahapan :
1. Memastikan ada tidaknya denyut jantung korban/pasien.
Ada tidaknya denyut jantung korban/pasien dapat ditentukan dengan meraba arteri karotis di daerah leher korban/ pasien, dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-kira 1 – 2 cm raba dengan lembut selama 5 – 10 detik.
Jika teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa pernapasan korban dengan melakukan manuver tengadah kepala topang dagu untuk menilai pernapasan korban/pasien. Jika tidak bernapas lakukan bantuan pernapasan, dan jika bernapas pertahankan jalan napas.
2. Memberikan bantuan sirkulasi.
Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat diberikan bantuan sirkulasi atau yang disebut dengan kompresi jantung luar, dilakukan dengan teknik sebagai berikut :
o Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).
o Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakan tangan penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi.
o Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak tangan di atas telapak tangan yang lainnya, hindari jari-jari tangan menyentuh dinding dada korban/pasien, jari-jari tangan dapat diluruskan atau menyilang.
o Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 30 kali (dalam 15 detik = 30 kali kompresi) dengan kedalaman penekanan berkisar antara 1.5 – 2 inci (3,8 – 5 cm).
o Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhannya dan dada dibiarkan mengembang kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada. Selang waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama dengan pada saat melakukan kompresi. (50% Duty Cycle).
o Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah posisi tangan pada saat melepaskan kompresi.
o Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2 (Tiap 15 detik = 30 kompresi dan 2 kali tiupan nafas), dilakukan baik oleh 1 atau 2 penolong.

Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 60 – 80 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah jantung (cardiac output) hanya 25% dari curah jantung normal. Selang waktu mulai dari menemukan pasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.
I. Nilai Normal Respiratory Rate ( RR )
Respiratory rate (RR) alias tingkat respirasi, ventilasi paru-paru atau ventilasi menilai rate, adalah jumlah napas makhluk hidup, seperti manusia, mengambil dalam jangka waktu tertentu (sering diberikan dalam napas per menit). Hanya ada penelitian terbatas pada pemantauan tingkat pernapasan, dan penelitian ini berfokus pada isu-isu seperti ketidaktepatan pengukuran tingkat pernapasan dan laju pernafasan sebagai penanda untuk disfungsi pernafasan.
Laju respirasi menilai biasanya diukur ketika seseorang beristirahat. Melibatkan menghitung jumlah napas dalam satu menit dengan menghitung berapa kali dada meningkat. Tingkat pernapasan dikenal untuk meningkatkan dengan demam atau penyakit atau kondisi medis lainnya. Jika individu memiliki kesulitan dalam bernapas, yang perlu dicatat. Nilai tingkat pernapasan sebagai indikator memiliki nilai yang terbatas.
Sebuah metode sistematis dilatih pernapasan dikenal untuk menurunkan tingkat respirasi di jantung pasien dan membantu mereka untuk menjaga kadar oksigen darah yang sehat. Rata-rata rentang usia pernapasan diberikan di bawah ini:
• Bayi yang baru lahir - Rata-rata 44 napas per menit
• Bayi - 20-40 napas per menit
• Anak-anak pra sekolah - 20-30 napas per menit
• Anak-anak - 16-25 napas per menit
• Dewasa - 12-20 napas per menit
• Dewasa selama latihan berat - 35-45 napas per menit
• Atlet puncak - 60-70 napas per menit

Kamis, 17 Oktober 2013

penuaan


BAB II
TINJAUAN TEORI



A.   DEFINISI
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. (Constantindes, 1994)
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia. Orang mati bukan karena lanjut usia tetapi karena suatu penyakit, atau juga suatu kecacatan. Akan tetapi proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam nenghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia.
Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa. Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapain puncak maupun menurunnya.

B. TEORI-TEORI PROSES MENUA
1.    TEORI BIOLOGI
Teori ini berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seseorang dari lahir sampai meninggal. Perubahan pada tubuh dapat secara independen atau dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat patologis. Teori biologi dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1)    Teori stakostik/ Stochastic Theories
Bahwa penuaan merupakan suatu kejadian yang terjadi secara acak/ random dan akumulasi setiap waktu.





2
Teori ini terdiri dari :
a.    Error Theory
Teori kesalahan didasarkan pada gagasan di mana kesalahan dapat terjadi di dalam rekaman sintese DNA. kesalahan ini diabadikan dan secepatnya didorong kearah sistem yang tidak berfungsi di tingkatan yang optimal.
Jika proses transkripsi dari DNA terganggu maka akan mempengaruhi suatu sel dan akan terjadi penuaan yang berakibat pada kematian.
b.    Free Radical Theory/ teori radikal bebas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan akumulasi kerusakan ireversibel akibat senyawa pengoksidan. Radikal bebas adalah produk metabolisme selular yang merupakan bagian molekul yang sagat reaktif. Molekul ini mempunyai muatan ekstraselular kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan protein, mengubah bentuk dan sifatnya ; molekul ini juga dapat bereaksi dengan lipid yang berada dalam membran sel, mempengaruhi permeabilitasnya, atau dapat berikatan dengan organel sel lainnya.
Proses metabolisme oksigen diperkirakan menjadi sumber radikal bebas terbesar, secara spesifik, oksidasi lemak, protein dan karbohidrat dalam tubuh menyebabkan formasi radikal bebas. Polutan lingkungan merupakan sumber eksternal radikal bebas.
c.    Cross-Linkage Theory
Teori ini seperti protein yang metabolisme tidak normal sehingga banyak produksi sampah didalam sel dan kinerja jaringan tidak dapat efektif dan efisien.
d.    Wear and Tear Theory
Teori ini mengatakan bahwa manusia diibaratkan seperti mesin. Sehingga perlu adanya perawatan. Dan penuaan merupakan hasil dari penggunaan.

2)    TEORI NONSTOKASTIK/NonStochastic Theorie
Proses penuaan disesuaikan menurut waktu tertentu.
a.    Programmed Theory
Pembelahan sel dibatasi oleh waktu, sehingga suatu saat tidak dapat regenerasi kembali.



3

b.    Immunity Theory
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Walaupun demikian, kemunduran kamampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkontribusi dalam proses penuaan.
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Mutasi somatic menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan system imun tubuh mengalami perubahan, dan dapat dianggap sebagai sel asing.
Hal inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa autoimun. Dilain pihak, system imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses penuaan dan daya serangnya terhadap sel kanker mengalami penurunan.

2.    TEORI PSIKOLOGIS (PSYCHOLOGIC THEORIES AGING )
Teori ini akan menjelaskan bagaimana seseorang berespon pada tugas perkembangannya. Pada dasarnya perkembangan seseorang akan terus berjalan meskipun orang tersebut telah menua.

1)    Teori Hierarki Kebutuhan Manusia Maslow (Maslow’s Hierarchy of Human Needs)
Dari hierarki Maslow kebutuhan dasar menusia dibagi dalam lima tingkatan dari mulai yang terendah kebutuhan fisiologi, rasa aman, kasih sayang, harga diri sampai pada yang paling tinggi yaitu aktualisasi diri. Seseorang akan memenuhi kebutuhan tersebut dari mulai tingkat yang paling rendah menuju ke tingkat yang paling tinggi.
Menurut Maslow semakin tua usia individu maka individu tersebut akan mulai berusaha mencapai aktualisasi dirinya. Jika individu telah mencapai aktualisasi diri maka individu tersebut telah mencapai kedewasaan dan kematangan dengan semua sifat yang ada di dalamnya; otonomi, kreatif, independent dan hubungan interpersonal yang positif.





4
2)    Teori Individualisme Jung (Jung’s Theory of Individualism)
Menurut Carl Jung sifat dasar menusia terbagi menjadi dua yaitu ekstrovert dan introvert. Individu yang telah mencapai lansia dia akan cenderung introvert, dia lebih suka menyendiri seperti bernostalgia tentang masa lalunya.
Menua yang sukses adalah jika dia bisa menyeimbangkan antari sisi introvertnya dengan sisi ekstrovertnya namun lebih condong kearah introvert. Dia tidak hanya senang dengan dunianya sendiri tapi juga terkadang dia ekstrovert juga melihat orang lain dan bergantung pada mereka.

3)    Teori Delapan Tingkat Perkembangan Erikson (Erikson’s Eight Stages of Life)
Menurut Erikson tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai individu adalah ego integrity vs disapear. Jika individu tersebut sukses mencapai tugas ini maka dia akan berkembang menjadi individu yang arif dan bijaksana (menerima dirinya apa adanya, merasa hidup penuh arti, menjadi lansia yang bertanggung jawab dan kehidupannya berhasil). Namun jika individu tersebut gagal mencapai tahap ini maka dia akan hidup penuh dengan keputusasaan (lansia takut mati, penyesalan diri, merasakan kegetiran dan merasa terlambat untuk memperbaiki diri).

4)    Optimalisasi Selektif dengan Kompensasi (Selective Optimization with Compensation)
Menurut teori ini, kompensasi terhadap penurunan tubuh ada 3 elemen yaitu      :
a.    Seleksi.
Adanya penurunan dari fungsi tubuh karena proses penuaan maka mau tidak mau harus ada peningkatan pembatasan terhadap aktivitas sehari-hari.
b.    Optimalisasi.
Lansia tetap menoptimalkan kemampuan yang masih dia punya guna meningkatkan kehidupannya.
c.    Kompensasi.
Aktivitas-aktivitas yang sudah tidak dapat dijalakan arena proses penuaan diganti dengan aktifitas-aktifitas lain yang mungkin bisa dilakukan dan bermanfaat bagi alnsia.

5
3.    TEORI KULTURAL
Ahli antropologi menjelaskan bahwa tempat kelahiran seseorang berpengaruh pada budaya yang dianut oleh seseorang. Hal ini juga dipercaya bahwa kaum tua tidak dapat mengabaikan sosial budaya mereka. Jika hal ini benar maka status tua dalam perbedaan sosial dapat dijelaskan oleh sejarah kepercayaan dan tradisi.
Blakemore dan Boneham yang melakukan penelitian pada kelompok tua di Asia dan Afro – Caribbean menjelaskan bahwa kaum tua merupakan komunitas yang minoritas yang dapat menjamin keutuhan etnik, ras dan budaya. Sedangkan Salmon menjelaskan tentang konsep “ Double Jeoparoly “ yang digunakan untuk karakteristik pada penuaan.
Penelitian umum pada kelompok Afrika – Amerika dan Mexican American yaitu jika budaya membantu umtuk menjelaskan karakteristik penuaan, maka hal ini merupakan tuntutan untuk dapat digunakan dalam pemeriksaan lebih lanjut.
Budaya adalah attitude, perasaan, nilai , dan kepercayaan yang terdapat pada suatu daerah atau yang dianut oleh sekelompok orang kaum tua , yang merupakan kelompok minoritas yang memiliki kekuatan atau pengaruh pada nilai budaya.Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa budaya yang dimiliki seseorang sejak lahir akan tetap dipertahankan sampai tua. Bahkan mempengaruhi orang – orang disekitaryauntuk mengikuti budaya tersebut sehingga tercipta kelestarian budaya.

4.    TEORI SPIRITUAL
Pada dasarnya, ketika seseorang menjadi tua akan menjadi        :
  1. Menjauhkan diri dari hawa nafsu duniawi
  2. Melaksanakan amanah agama yang dianut, dengan berdoa demi kententraman hidup pribadi dan orang lain
  3. Menuju penyempurnaan diri dan mengarah pada pencerahan atau pemenuhan diri untuk dapat mengarah pada kemanunggalan dengan Illahi
Melalui pengalaman hidup, setiap orang akan berupaya menjadi lebih arif dan akan mengembangkan dirinya ke labih yang berarti : melalui prestasi yang diraihnya di kala muda, seseorang akan berupaya meraih nilai-nilai luhur di hari tua – khususnya keserasian hidup dengan lingkungannnya.




6
Kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan oleh usia lanjut sebagai upaya dalam meniti dan meningkatkan taraf kehidupan spiritual yang baik antara lain :
1.    Mendalami kitab suci sesuai agama masing-masing supaya kekurangan dan kesalahan yang sudah dilakukan dapat diperbaiki
2.    Melakukan latihan meditasi
3.    Berdoa untuk menjalin hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan YME, dengan berani dan terbuka mengakui kesalahan dan melakukan pertaubatan
4.    Kotemplasi, pelibatan diri dalam kondisi dan situasi yang sesuai dengan kitab suci dan diaplikasikan dalam kehidupan masa kini
Kegiatan-kegiatan di atas tersebut menyiapkan usia lanjut untuk kembali secara sempurna dan utuh ke pangkuan Illahi.



  1. BATASAN LANJUT USIA
Beberapa pendapat mengenai batasan umur lansia       :
1.    MENURUT ORGANISASI KESEHATAN DUNIA
Lanjut usia meliputi   :
a.    Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
b.    Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun
c.    Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun
d.    Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun

2.    MENURUT BIRREN AND JENNER(1997)
membedakan usia menjadi tiga      :
a.    Usia biologis
Yang menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup dan mati
b.    Usia psikologis
Yang menunjuk pada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya.
c.    Usia sosial
Yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sebungan dengan usianya.


7
  1. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETUAAN
Meliputi :
1.    hereditas = keturunan / genetic
2.    nutrisi = makanan
3.    status kesehatan
4.    pengalaman hidup
5.    lingkungan
6.    stress



  1. PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANJUT USIA
1.    Perubahan-perubahan fisik
a.    Sel
1)    Lebih sedikit jumlahnya
2)    Lebih besar ukurannya
3)    Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler
4)    Menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati.
5)    Jumlah sel otak menurun.
6)    Terganggunya mekanisme perbaikan sel
7)    Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%

b.    Sistem persarafan
1)    Berat otak menurun 10-20% (setiap orang berkurang sel otaknya dalam setiap harinya)
2)    Cepatnyan menurun hubungan persarafan
3)    Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
4)    Mengecilnya saraf panca indra. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya dengan ketahanan terhadap dingin.
5)    Kurang sensitif terhadap sentuhan





8
c.    Sistem pendengaran
1)    Presbiakusis (gangguan pada pendengaran).
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun
2)    Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
3)    Terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras karena menginkatnya keratin.
4)    Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres.

d.    Sistem penglihatan
1)    Sfingter pupil timbul skelerosis dan hilangnya tespon terhadap sinar.
2)    Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
3)    Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan.
4)    Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap
5)    Hilangnya daya akomodasi
6)    Menurunnya lapangan pandang; berkurang luas pandangannya.
7)    Berkurangnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.

e.    Sistem kardiovaskuler
1)    Elastisitas dinding aorta menurun
2)    Katup jantung menebal dan menjadi kaku
3)    Kemampuan jantung untuk memompa menurun 1% setiap tahun sesudah berumut 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.






9
4)    Kehilangan elatisitas pembuluh darah; kurang efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (menyebabkan pusing mendadak).
5)    Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer; sistolis normal 170 mmHg, diastolis normal 90 mmHg.

f.     Sistem pengtaturan temperatur tubuh
Pada sistem pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertntu, kemunduran terjadi sebagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain   :
1)    Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik 35o ini akibat metabolisme yang menurun
2)    Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

g.    Sistem respirasi
1)    Otot-otot pernapasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
2)    Menurunnya aktivitas dari silia
3)    Paru-paru kehilangan aktivitas; kapasitas residu meningkat, menarik nafas menjadi berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun
4)    Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang
5)    O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
6)    CO2 pada arteri tidak berganti
7)    Kemampuan untuk batuk berkurang
8)    Kemampuan pegas, dinding, dada, dan kekuatan otot pernapasan akan menurun seiring degan bertambahnya usia.




10
h.    Sistem gastrointestinal
1)    Kehilangan gigi
penyebab utama adalah Periodental disease yang bisa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
2)    Indera pengecap menurun
adanya iritasi yang kronis, dari selaput lendir, atropi indera pengecap (80%), hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa tentang rasa asin, asam, dan pahit.
3)    Eofagus melebar
4)    Lambung
rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam labung menurun, waktu mengosongkan menurun.
5)    Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi
6)    Fungsi absobsi melemah (daya absobsi terganggu)
7)    Hepar (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

i.      Sistem reproduksi
1)    Menciutnya ovari dan uterus
2)    Atrofi payudara
3)    Pada laku-laki testis masih dapat memproduksi spermatosoa, meskipun adanya penurunan secara beransur-ansur
4)    Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal kondisi keksehatan baik), yaitu            :
a.    Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia
b.    Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual
c.    Tidak perlu cemas karena merupakan perubahan alami
d.    Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali, dan terjadi perubahan-perubahan warna.



11
j.      Sistem genito urinaria
1)    Ginjal
merupaan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan unit terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glumerulus, kemudia mengecil dan nefron menjadi atrofi. Aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%. Fungsi tubulus berkurang akibatnya; kurang kemapuan mengkonsentrasi urine, berat jenis urine menurun, proten uria.
2)    Vesika urinaria (kandung kemih)
otot-ototnya menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200ml atau menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat. Vesika urinari susah dikosongkan sehingga meningkatkan retensi urine.
3)    Pembesaran prostat kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun
4)    Atrofi vulva

k.    Sistem endokrin
1)    Produksi hampir semua hormon menurun
2)    Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah
3)    Pituitari; hormon pertumbuhan ada tetapi lebih rendah tetapi rendah dan hanya dalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, LH.
4)    Menurunnya aktifitas tiroid, BMR menurun.

l.      Sistem kulit
1)    Kulit mengerut atau keriput akibat kahilangan jaringan lemak
2)    Kulit kasar dan bersisik,
3)    Mekanisme proteksi kulit menurun
a.    Produksi serum menurun
b.    Gangguan pigmentasi kulit
4)    Kulit kepala dan rambut menipis
5)    Kelenjar keringat berkurang jumlahnya



12
m.  Sistem muskuloskeletal
1)    Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh
2)    Kifosis
3)    Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek
4)    Persendian membesar dan menjadi pendek
5)    Tendon mengerut dan mengalami skelrosis

n.    Perubahan mental
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental
1)    Perubahan fisik, organ perasa
2)    Kesehatan umum
3)    Tingkat pendidikan
4)    Keturunan
5)    Lingkungan
6)    Momory  : jangka panjang (*berhari-hari yang lalu) mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka pendek (0-10 menit) kenangan buruk
7)    Intelegency         : tidak berubah dengan informasi matematik dan perkataan verbal.
8)    Berkurangnya keterampilan psikomotor.



  1. ASPEK PSIKOLOGIS AKIBAT LANJUT USIA
Aspek psikologis pada lansia tidak dapat berlangsung tampak. Salah satu pengertian yang umum tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memori dan kecerdasan mental yang kurang.
Penelitian tentang kemampuan aspek kognitif dan kemampuan memori pada lansia dalam kelompok dan kemampuan mereka untuk memcahkan masalah, ternyata tidak mendukung gambaran diatas. Adalah benar bahwa banyak lansia mempunyai cara berbeda dalam memecahkan masalah, bahkan mereka dapat melakukannya dengan baik walaupun kondisinya menurun. Akan tetapi, juga terdapat bukti bahwa lansia mengalami kemunduran mental yang substansil atau luas.





13
  1. PERUBAHAN-PERUBAHAN PSIKOSOSIAL
1.    Pensiun
Nilai seseorang sering di ukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaaan . Bila seseorang pensiun ( purna tugas ) , ia akan mengalami kehilangan-kehilangan,antara lain:
a.    kehilalngan financial ( income berkurang )
b.    kehilangan status ( dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap dengan fasilitasnya )
c.    kehilangan teman / kenalan atau relasi
d.    kehilangan Pekerjaan atau kegiatan
e.    Merasakan atau sadar akan kematian ( sense of awareness of mortality )
f.      Perubahan dalam cara hidup, yaitu measuring rumah perawatan bergerak lebih sempit
g.    Ekonomi akkibat pemberhentian dari jabatan ( economic deprivation ) Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya pengobatan.
h.    Penyakit kronis dan ketidak mampuan
i.      Gangguan syaraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
j.      Gangguan gizi
k.    Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan family
l.      Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri.
m.   Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970)
n.    Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya , hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari .( Murray dan Zentner, 1970 )
o.    Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menu rut folwer ( 1978 ), universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah brisker dan bertindak dengan cara memberikan contoh cacra manicotti dan keadilan.







14
  1. KEPERIBADIAN, INTELEGENSIA, DAN SIKAP
Meskipon sulit untuk mendefenisikan dan mengukur keperibadian, namun upaya ini tetap dilakukan untuk mengubah sedikit pemikiran tentang lansia. Walaupun mengalami kontroversi, tes intelegensia dengan jelas memperlihatkan adanya penurunan kecerdasan pada lansia. Hal ini tidak diungkapkan secara signifikan dan bahkan mungkin tidak berpengaruh secara nyata terhadap kehidupan lansia. Sikapnya tentu berbeda dengan sering bertentangan dengan sikap generasi yang lebih muda. Semua kelompok lansia sering kali mempertahankan sikap yang kuat, sehingga sikapnya lebih stabil dan sedikit sulit untuk berubah. Satu hal pada lansia yang diketahui sedikit berbeda dari orang yang lebih muda yaitu sikap mereka terhadap kematian. Hal ini menunjukkan bahwa lansia cenderung tidak terlalu takut terhadap konsep dan realitas kematian. Hal ini mungkin merupakan suatu gambaran adaptif pada penuaan.
       
I.      KARAKTERISTIK PENYAKIT LANSIA DI INDONESIA
a.    Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis, osteoartritis
b.    Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia, PJK
c.    Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum
d.    Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal Akut/Kronis, Benigna Prostat Hiperplasia
e.    Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas
f.      Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru
g.    Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker
h.    Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dsb

  1. PENYAKIT YANG SERING TERJADI PADA LANSIA
Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada dewasa muda, karena  penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.


15
Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I, yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar), intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi), impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction (sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia (gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence (impotensi).
Masalah kesehatan utama tersebut di atas yang sering terjadi pada lansia perlu dikenal dan dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan lansia agar dapat memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang  seoptimal mungkin. Beberapa penyakit yang sering diderita lansia adalah sebagai berikut       :

a)    Hipertensi Pada Lanjut Usia
  1. Pengertian
Hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah diastolik  dan sistolik yang   intermiten atau menetap. Pengukuran tekanan darah  serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun memastikan hipertensi. Insiden hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia (Stockslager , 2008). Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan peningkatan sistolik dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan  hipertensi  sistolik pada usia diatas 65 tahun. Tekanan diastolik meningkat usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun tekanan sistolik meningkat dengan bertambahnya usia.
Hipertensi menjadi masalah pada usia lanjut karena sering ditemukan menjadi faktor utama payah jantung dan penyakit koroner. Lebih dari separuh kematian diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit jantung dan serebrovaskuler. Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
a)    Hipertensi pada tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg  dan atau tekanan sistolik sama atau lebih 90 mmHg
b)    Hipertensi sistolik terisolasi tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg  dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (Nugroho,2008).
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa hipertensi lanjut usia dipengaruhi  oleh faktor usia.     




16
  1. Pembagian Hipertensi
Hipertensi diklasifikasikan 2 tipe penyebab :
a.    Hipertensi esensial (primer atau idiopatik)
Penyebab pasti masih belum diketahui. Riwayat keluarga obesitas diit tinggi natrium lemak jenuh dan penuaan adalah faktor pendukung. 
b.    Hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyebab yang terindentifikasi lainya ( Stockslager , 2008).  

  1. Patofisiologi  Hipertensi Lanjut Usia
Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan meregang pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat sangat tinggi dengan penambahan volume intravaskuler yang sedikit menunjukan kekakuan pembuluh darah pada lanjut usia.  Secara hemodinamik hipertensi sistolik ditandai penurunan kelenturan pembuluh arteri besar resistensi perifer yang tinggi pengisian diastolik abnormal dan bertambah masa ventrikel kiri.
Penurunan volume darah dan output jantung disertai kekakuan arteri besar menyebabkan penurunan tekanan diastolik. Lanjut usia dengan hipertensi sistolik dan diastolik output jantung, volume intravaskuler, aliran darah keginjal aktivitas plasma renin yang lebih rendah dan resistensi perifer. Perubahan aktivitas  sistem syaraf simpatik dengan bertambahnya norepinephrin menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor beta adrenergik pada sehingga berakibat penurunan fungsi relaksasi otot pembuluh darah. Lanjut usia mengalami kerusakan struktural dan fungsional pada arteri besar yang membawa darah dari jantung menyebabkan semakin parahnya pengerasan pembuluh darah dan tingginya tekanan darah.

  1. Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia 
a.    Penurunanya kadar renin karena menurunya jumlah nefron akibat proses menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus: hipertensi glomerelo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus.
b.    Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium.
Dengan bertambahnya usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium.
c.    Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer
akibat proses menua akan meningkatakan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan  hipertensi sistolik.
d.    Perubahan ateromatous
akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan subtansi kimiawi lain yang kemudian meyebabkan resorbi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah.

17
b)   Aterosklerosis (gagal jantung)
adalah suatu penyakit yang menyerang pembuluh darah besar maupun kecil dan ditandai oleh kelainan fungsi endotelial, radang vaskuler dan pembentukan lipid, kolesterol, zat kapur, bekas luka vaskuler di dalam dinding pembuluh intima. Aterosklerosis berasal dari kata athero dalam bahasa Yunani (athera) suatu bentuk gabung yang menunjukan degenerasi lemak atau hubungan dengan atheroma yang bisa juga berdampak pda fungsi otak untuk mengontrol aktivitas tubuh. Sedangkan skelosis dalam bahasa Yunani adalah indurasi dan pengerasan, Seperti pengerasan sebagian peradangan, pembentukan jaringan ikat atau meningkat atau penyakit zat inersisial.
Aterosklerosis berawal dari penumpukan kolesterol terutama ester kolesterol-LDL (lipoprotein densitas rendah) di dinding arteri. LDL secara normal bisa masuk dan keluar dari dinding arteri lewat endotel. Masuknya lipoprotein ke lapisan dalam dinding pembuluh darah meningkat seiring tingginya jumlah lipoprotein dalam plasma (hiperlipidemia), ukuran lipoprotein dan tekanan darah (hipertensi). Peningkatan semua itu akan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah, sehingga lipoprotein dan ester kolesterol mengendap di dinding arteri.Gangguan fungsi lapisan dinding pembuluh darah ini menjadi awal proses aterosklerosis dan mendorong mekanisme inflamasi serta infeksi.
Manifestasi klinik dari proses aterosklerosis kompleks adalah pegal – pegal, kesemutan, penyakit jantung koroner, stroke bahkan kematian.

c)    Osteo Artritis (OA)
OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran. OA merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi risikonya karena trauma, penggunaan sendi berulang dan obesitas.

d)   Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya produksi vitamin D.







18
e)    Diabetes Mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh.

f)     Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia. Demensia juga kerap terjadi pada wanita dan individu dengan pendidikan rendah.

g)   Penyakit jantung koroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.

h)   Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung. Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas us





19
i)     Kurang bergerak 
gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.

j)     Instabilitas 
penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua, penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh) seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan.
Akibat yang paling sering dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bahagian tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar karena air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi. Selain daripada itu, terjatuh menyebabkan lansia tersebut sangat membatasi pergerakannya.
Walaupun sebahagian lansia yang terjatuh tidak sampai menyebabkan kematian atau gangguan fisik yang berat, tetapi kejadian ini haruslah dianggap bukan merupakan peristiwa yang ringan.
Terjatuh pada lansia dapat menyebabkan gangguan psikologik berupa hilangnya harga diri dan perasaan takut akan terjatuh lagi, sehingga untuk selanjutnya lansia tersebut menjadi takut berjalan untuk melindungi dirinya dari bahaya terjatuh.

k)    Beser
beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser bak merupakan masalah yang seringkali dianggap wajar dan normal pada lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia tersebut maupun keluarganya.
Akibatnya timbul berbagai masalah, baik masalah kesehatan maupun sosial, yang kesemuanya akan memperburuk kualitas hidup dari lansia tersebut. Lansia dengan beser bak sering mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga berkurangnya kemampuan kandung kemih. Beser bak sering pula disertai dengan beser buang air besar (bab), yang justru akan memperberat keluhan beser bak tadi.







20
l)     Gangguan intelektual
merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari.
Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60 sampai 85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74 tahun mengalami dementia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85 tahun kejadian ini meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat menyebabkan gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan dengan gangguan intelektual lainnya.

m)  Infeksi
merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang menyebabkan keterlambatan di dalam diagnosis dan pengobatan serta risiko menjadi fatal meningkat pula.
Beberapa faktor risiko yang menyebabkan lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.

n)   Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit
akibat prosesd menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.

o)   Sulit buang air besar (konstipasi)
beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi, seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain.
Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut.








21
p)   Depresi
perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia.
Gejala-gejala depresi dapat berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya minat, hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain, merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-gejala fisik lainnya.
Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi terselubung, yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain, sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.


q)   Kurang gizi
kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat) terutama karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental, gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain.

r)     Tidak punya uang
dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat memberikan penghasilan.
Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia kelak diperlukan paling sedikit tiga syarat, yaitu :memiliki uang yang diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai  peranan di dalam menjalani masa tuanya.

s)    Penyakit akibat obat-obatan
salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat pemakaian obat-obat yaqng digunakan.

22
t)     Gangguan tidur
dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan manusia adalah makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan tetapi karena sangat rutin maka kita sering melupakan akan proses itu dan baru setelah adanya gangguan pada kedua proses tersebut maka kita ingat akan pentingnya kedua keadaan ini.
Jadi dalam keadaan normal (sehat) maka pada umumnya manusia dapat menikmati makan enak dan tidur nyenyak. Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni  sulit untuk masuk dalam proses tidur. tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, tidurnya banyak mimpi,  jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu setelah bangun dipagi hari.

u)   Daya tahan tubuh yang menurun
daya tahan tubuh yang menurun pada lansia merupakan salah satu fungsi tubuh yang terganggu dengan bertambahnya umur seseorang  walaupun tidak selamanya hal ini disebabkan oleh proses menua, tetapi dapat pula  karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah lama diderita (menahun) maupun penyakit yang baru saja diderita (akut) dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh seseorang. Demikian juga penggunaan berbagai obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-lain.

v)    Impotensi
merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang memuaskan yang terjadi paling sedikit 3 bulan. Menurut Massachusetts Male Aging Study (MMAS) bahwa penelitian yang dilakukan pada pria usia 40-70 tahun yang diwawancarai ternyata 52 % menderita disfungsi ereksi, yang terdiri dari disfungsi ereksi total 10 %, disfungsi ereksi sedang 25 % dan minimal 17 %.
Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh darah (arteriosklerosis) baik karena proses menua maupun penyakit, dan juga berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin serta berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap rangsangan.








23
BAB III PENUTUP


A.   Kesimpulan
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Adapun batasan-batasan Lansia yaitu  Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun, Lanjut usia tua (old) = antara 75 dan 90 tahun, Usia sangat tua (very old) = diatas 90 tahun. Dan banyak sekali penyakit pada usia lanjut jadi di sarankan untuk tetap menjaga kondisi tubuh dengan cara hidup sehat serta memperbanyak minum air putih karena bisa menghambat radikal bebas masuk ke dalam tubuh terutama untuk lansia.

B.   Saran
Dalam makalah ini kami menyarankan pada pembaca untuk Selalu menjaga pola makan dan hidup sehat serta Olahraga yang teratur supaya pada usia lanjut tidak terjadi penyakit-penyakit yang tidak di inginkan.
















24
DAFTAR PUSTAKA



Carol A, Miller. 1999. Nursing Care Of Older Adult. Lippincott : Philadelphia

Hardywinoto, setiabudi tony. 1999. Panduan Gerontology Tinjauan Dari Berbagai Aspek. PT. persada utamatirta lestari : Jakarta

Perry, Potter.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Praktik. Edisi 4. Jakarta . EGC

Setiabudi, Toni.dkk.1999. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek Menjaga Keseimbangan Kualitas Hidup Para Lanjut Usia. Jakarta : Gramedia